Laman

Daily Bread 1-15 Pebruari 2011

#1 Daily Bread

"No body can do everything, but Everyone can do something" Peter Tozer

Tidak seorangpun dapat melakukan segalanya, melainkan Setiap orang bisa berbuat sesuatu.

Siapapun kenal SUPERMAN, manusia super yang bisa terbang, tahan terhadap peluru, kuat, dan sebagainya. Saya suka sekali dengan tokoh SUPERMAN ini, dan ingin bisa menjadi Superman. Keinginan menjadi Superman ini juga membuat saya memasang gambar Superman di kamar, buku-buku, sampai meminta baju Superman. Bangga sekali rasanya memakai baju Superman, dan saya merasakan benar-benar sebagai Superman. Obsesi saya sebagai Superman mempengaruhi pula pemikiran saya, dan saya selalu yakin bahwa tidak ada yang tidak bisa saya kerjakan; akibatnya saya menjadi seringkali memaksakan diri saya untuk bisa segala-galanya. Pola pikir ini terus kuat pada diri saya, meskipun saya mengalami kegagalan untuk masuk fakultas kedokteran, dan semakin menguat saat saya bekerja.

Sekitar tahun 1999, saya -mewakili Gereja- hadir ke upacara pemakaman istri dari alm. Cheng Basuki. Di saat melayat, secara pribadi saya temui Pak Cheng untuk mengucapkan ikut belasungkawa dan sekaligus juga memberikan penghiburan. Di saat berbincang-bincang, beliau berkata : "saya sedih sekali. Saya bisa membuat apa saja dan melakukan apa yang saya mau, tetapi mempertahankan nyawanya saja saya tidak sanggup." Ucapan beliau langsung kena ke diri saya, dan menjadi titik tolak berubahnya pola pikir saya.

Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 2005-an, saya berjumpa dengan seseorang yang sekarang menjadi partner usaha saya. Dalam sebuah perbincangan santai sambil minum kopi, dia berkata : "saya ini tipe yang tidak bisa bekerja sendiri. Saya senantiasa perlu ornag lain untuk menyelesaikan pekerjaan saya." Saya jawab : "mengapa demikian ? bukankah selama ini Bapak selalu kerjakan semuanya sendiri ?" Jawabnya : "kamu salah besar. Saya jalankan usaha ini tidak sendirian, tetapi dengan staff saya. Saya sering ajak staff saya berunding untuk kemajuan perusahaan, dan saya yakin bahwa 5 kepala berpikir adalah lebih baik daripada 1 kepala saja."

Dua kejadian yang sama telah terjadi, yang pertama di tahun 1999 dan ke dua di sore hari tahun 2005. Saya pun merenungkan semua kejadian tersebut dan menarik benang merahnya. Saya simpulkan bahwa kita bisa berbuat sesuatu, tetapi tidak bisa melakukan segalanya. Banyak keterbatasan pada diri kita. Saya sendiri akhirnya menyadari bahwa semua keberhasilan yang saya peroleh adalah bukan berasal dari usaha saya sendiri, melainkan juga ada kontribusi orang lain. Kalaupun saya gagal, tentunya juga karena ketidakberdayaan saya dalam mengelola diri sehingga mendatangkan dukungan orang lain untuk membantu saya meraih yang saya canangkan. Keberhasilan yang saya peroleh saat ini adalah merupakan sekumpulan keberhasilan dari setiap staff yang bekerja di perusahaan, dan bukan semata-mata keberhasilan saya saja. Itulah sebabnya, akhirnya saya merubah pola pikir saya dari : I am a SUPERMAN, menjadi : I am not a SUPERMAN, but I have plenty of SUPERMEN to support.

#2 Daily Bread

Nothing is impossible, the word itself says 'I'm possible'!

Tidak ada sesuatu yang mustahil, kata itu sendiri mengatakan "Aku bisa"

Kemarin saya kisahkan tentang perubahan pola pikir "I am a SUPERMAN" yang tertanam pada diri saya sejak kecil karena terobsesi dengan tokoh Superman. Saya kisahkan tentang munculnya kesadaran bahwa saya tidak bisa melakukan semua pekerjaan yang ada sendirian. Nah, kali ini, saya ingin berbagi kisah bahwa tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin atau mustahil untuk dilakukan.

Di tahun 1975, papi bersama-sama dengan teman-nya mendirikan sebuah pabrik pengolahan kacang kulit di Solo - Jawa Tengah. Di saat pembangunannya, terjadi musibah di pabrik pengolahan cat milik papi di Semarang. Banjir besar melanda Semarang dan pabrik kebanjiran. Air merusak mesin dan bahan bakunya. Produksi terhenti cukup lama, dan papi terjerat dalam hutang yang cukup besar untuk ukuran waktu itu. Sementara, papi masih harus menghidupi kami sekeluarga. Waktu itu saya masih kecil, masih SD kelas 3 dan saya juga tidak tahu kalau papi sedang dilanda kesulitan keuangan yang pelik karena setiap jumpa dengan papi selalu nampak keceriaan di wajah papi dan papi juga masih sering ajak kami jalan-jalan. Saya akui, papi hebat ! Beliau tidak ingin kami menjadi desperate apabila mengetahui kesulitan keuangan yang dihadapi. Saya memang tahu kalau pabrik kebanjiran, tetapi saya -waktu itu- mana ada kepikiran bahwa akibatnya bisa membuat kami semua dalam kesulitan. Suatu hari sesudah kenaikan kelas, saya datang ke papi dan menagih janji papi yang akan membelikan saya sepeda mini apabila saya bisa naik kelas dan menjadi juara. Saya masih ingat ekspresi papi saat saya tagih janjinya, dan kalimat yang diucapkan adalah : "Maaf, papi belum ada uang untuk beli sepeda untukmu, tetapi papi janji akan membelikannya apabila papi memiliki uangnya." Jawaban papi membuat saya terkejut, dan saya menangis merengek-rengek untuk dibelikan sepeda. Papi terlihat sedih sekali dan hanya diam saja. Hari berganti, dan sayapun sudah tidak menuntut lagi janji papi. Beberapa hari setelah saya menagih janji papi -sekitar 5 hari- ada kiriman sebuah sepeda mini untuk saya. Tentunya saya gembira, dan mami bilang ke saya untuk ucapkan terima kasih ke papi; dan saya bertanya ke mami : "papi bilang tidak punya uang untuk beli sepeda, tetapi kenapa sekarang papi bisa belikan aku sepeda ?" Mami menjawab : "papi bekerja keras untuk bisa membeli sepeda itu meskipun papi bilang idak bisa ke kamu. Kamu harus ingat ini." Kejadian ini sangat membekas pada diri saya dan selalu saya ingat.

Friends, sepeda mini yang dibelikan papi memang tidak mahal harganya. Tetapi di sini saya menyadari bahwa papi sudah mengajarkan sebuah pelajaran yang sangat bernilai yaitu : tidak ada sesuatu yang mustahil apabila kita yakin dan mau berusaha. Keyakinan -yang dalam hal ini saya sebut IMAN- bisa membuat yang mustahil menjadi sesuatu yang nyata. Meskipun sampai sekarang saya masih belum tahu cara papi untuk bisa membeli sepeda mini buat saya, tetapi saya tahu bahwa papi bisa mewujudkan yang mustahil menjadi nyata dan sayapun juga mengalami aneka ragam peristiwa yang semakin memperkuat bahwa "Iman-mu menyelamatkanmu."
#3 Daily Bread
Luck is like a tide pulled by the moon,
Undulating through the undertow.
None can tell how far that wave might go,
Afloat upon the wash's wind-blown spume.
Remember, then, each year to celebrate
New turnings of the tide that bears us all,
Each to ends no flailing can forestall,
Whether good or ill, the choice of fate.
Yet knowing well one's wishes face the wind,
Even so, one does what one can do,
Alert to rituals that spirits woo,
Rendering what renders them benign.

By : Nicholas Gordon

#4 Daily Bread

Knowing is not enough; we must apply.
Willing is not enough; we must do.
~ Johann Wolfgang von Goethe

Mengetahui saja tidaklah cukup, kita harus menerapkannya
Berkeinginan saja tidaklah cukup, kita harus melakukannya

Tahun 2001 adalah tahun yang sulit bagi saya. Usaha yang saya rintis berada di ambang kebangkrutan. Banyak sekali hutang yang belum terbayarkan, dan piutang yang ada sulit untuk ditagih. Setiap bangun tidur, saya selalu dihadapkan pada masalah bayar hutang dan menagih mereka yang berhutang pada saya. Otomatis saya tidak bisa bekerja untuk mengembangkan usaha, atau membuka usaha baru. Saya tahu bahwa masalah keuangan mulai menghimpit saya, tabungan dan cadangan dana yang ada mulai terkuras dan menipis. Saya tahu bahwa saya harus segera menutup usaha saya supaya tidak terus menerus merugi, dan setelah ditutup maka saya akan fokuskan untuk memulai menata usaha lainnya dan sambil menangih pihak yang berhutang pada saya. Akan tetapi, apa yang terjadi ? Saya tidak melakukan yang saya tahu dan saya ingin lakukan. Saya terus menerus menundanya dengan beralasan : "saya bisa selamatkan usaha ini, dan lebih baik teruskan yang ada daripada memulainya lagi". Akibat dari kemalasan ini, saya masuk semakin dalam ke lubang kehancuran. Semua yang saya rintis hancur dan saya benar-benar desperate.

Friends, saya sudah merasakan betapa pahit dan pedihnya kebangkrutan usaha. Dari pengalaman inilah saya belajar dan melatih diri untuk tidak malas melakukan yang saya tahu dan ingin lakukan. Pengalaman yang saya alami ini juga terjadi tidak hanya pada diri saya, dan beberapa teman saya juga pernah mengalaminya. Ada yang cepat recovery, tetapi ada yang lambat seperti saya. Lambat recovery bukannya saya tidak mampu, tetapi karena saya tidak mau alias malas. Saat mengalami kehancuran, saya masih senantiasa berpikir bahwa saya ini pemilik perusahaan. Pola pikir ini sangat menyesatkan sebab kenyataan yang ada tidaklah demikian. Akibat pola pikir itulah maka saya terjebak dalam sebuah situasi yang dinamakan "post power syndrome" yang menjadikan saya menutupi realitas yang ada dan hidup di alam imajiner. Lama sekali saya berada dalam situasi seperti ini, dan saya akhirnya bisa lepas dari situasi post power syndrome berkat sahabat saya.

Ceritanya : saya sudah lama bersahabat dengan dia (pengusaha keturunan India) dan sudah seperti saudara sendiri. Suatu saat, saya datang ke kantornya dan dia undang saya untuk bicara di ruangannya. Dia berkata : "pak, saya tahu kalau bapak sudah tidak ada pekerjaan. Saya tidak berkeberatan apabila bapak setiap hari datang ke kantor saya. Hanya saya ingin sampaikan kalau Bapak tidak bisa seenaknya datang, duduk dan memakai telpon atau minta tolong orang saya seperti dulu. Bapak dan saya sudah bersahabat sejak lama, jadi tolonglah Bapak bisa hormati saya. Banyak anak buah saya mengeluh soal Bapak, dan tolong Bapak mengerti ini dan kalau tidak penting sekali dimohon tidak datang."

Ucapannya sungguh menampar saya. Mengapa ? Saya datang ke kantornya juga sudah meminta ijin terlebih dahulu ke dia, dan dibolehkan. Tetapi mengapa dia ucapkan hal itu ke saya ?

Dalam perjalanan pulang, saya memikirkan terus ucapan saya, dan berhari-hari saya terus teringat ucapan dia. Sampai akhirnya saya menyadari ada yang tidak beres dengandiri saya. Saya coba flash back yang saya lakukan saat di kantornya, dan ternyata banyak tingkah laku saya yang "bossy" yang tdak disukai oleh karyawannya. Mulai dari sinilah saya mulai menata kembali hidup saya. Saya tahu kalau saya harus bangkit, dan saya ingin bisa kembali berusaha. Saya hanya cukup melakukannya setahap demi setahap; sayapun ucapkan selamat tinggal kepada masa lalu, dan menapaki realita menuju masa depan yang lebih baik.

Friends, ada satu lagu yang selalu menyemangati saya. Lagu mandarin berjudul : Ming Tian Hui Geng Hao (Tomorrow will be better), berikut saya share kan : (http://www.youtube.com/watch?v=lEDZyIUbSd0&feature=related)


#5 Daily Bread

What is this life if full of care We have no time to stand and stare?

No time to stand beneath the boughs
And stare as long as sheep, or cows.

No time to see, when woods we pass,
Where squirrels hide their nuts in grass.

No time to see, in broad daylight,
Streams full of stars, like skies at night.

No time to turn at Beauty's glance,
And watch her feet, how they can dance.

No time to wait till her mouth can
Enrich that smile her eyes began.

A poor life this, if full of care,
We have no time to stand and stare.

William Henry Davies 1871 - 1940

#6 Daily Bread
So quietly you came to me So quietly you held my hand
Leading me to still waters
To a new and promised land.

So quietly you spoke to me
Your gentle voice inside my head
My thoughts were rejoicing
In what was being said.

"I'll show you a better life
If you put your trust in me
I need to show you many things
But first you need to see."

So tenderly you showed me
My life was not quite right
And as you held my hand
We walked from darkness into light.

I thank you dear Father
I know I won't forget
The day you whispered in my ear
"Child of mine - it's time our spirits met"

Written by : Lorraine Thompson

#7 Daily Bread

"One always has time enough, if one will apply it well." - Johann Wolfgang von Goethe

Kita akan cukup punya waktu apabila kita gunakan dengan benar.

Friends, saya sering mengeluhkan kurang punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ada. Pernah dalam suatu perbincangan dengan teman, saya berkata : "Andai saja satu hari ini tidak 24 jam...tapi 30 jam...atau 50 jam..."

dan teman saya hanya berkata : "Kamu sudah gila rupanya. Semua sudah diatur sedemikian rupa, dan memangnya kamu mau mempunya siang yang lebih lama, dan malam yang pendek ? Kalau ini terjadi, bagaimana dengan petani2 ? Siang yang panjang bisa sebabkan tanaman susah tumbuh atau bahkan tidak bisa tumbuh. Yang jelas, kamu harus tahu dan sadar bahwa waktu yang ada sebenarnya cukup, dan menjadi tidak cukup karena kamunya yang bodoh memanfaatkan waktu yang diberikan."

Dalam hati, saya mengumpat dia : "sialan, beraninya dia bilang aku bodoh karena tidak memanfaatkan waktu yang diberikan." tetapi di sisi lain, saya juga merenungkan kembali ucapan teman saya yang menurut saya memang ada benarnya.

Kalau kita bicara soal waktu, siapapun juga tidak akan bisa mengembalikan waktu yang sudah berlalu...siapapun juga tidak bisa menunda bergulirnya waktu...siapapun juga tidak bisa membeli waktu. Akibatnya, sebagian sering merasakan kekurangan waktu dan berharap adanya penambahan waktu. Apakah memang benar kita perlu waktu lebih untuk bisa selesaikan aktivitas kita ? atau Apakah kita memang tidak bisa memanfaatkan waktu yang diberikan dengan sebaik-baiknya ?

Untuk menjawabnya adalah tidak mudah, sebab saya sendiri masih termasuk orang yang tidak pandai mengatur waktu. Seringkali saya merasakan bahwa waktu yang diberikan adalah tidak cukup untuk mneyelesaikan pekerjaan. Saya sering merasakan baru kerja sedikit dan tiba-tiba sudah jam makan siang..bahkan saya sering skip lunch untuk terus bekerja, dan itupun seringkali tidak merasa bahwa siang sudah bergnti sore atau malam. Saya sering kerja lewat jam 8 malam baru keluar dari kantor, ini semata-mata untuk menyelesaikan pekerjaan sambil skip kemacetan di Jakarta. Semua yang saya alami saat ini, tentunya belum tentu terjadi pada orang lain, dan saya menyadari bahwa saya -sampai saat ini- sering tidak bisa memanfaatkan waktu yang ada dengn sebaik-baiknya. Misalnya saja : rapat dengan staff saja bisa sampai 2 jam lebih, karena topik yang dibahas bisa melebar ke banyak topik; atau sering saya menerima banyak tamu dalam satu hari sehinga sulit bagi saya untuk menyelesaikan desk work yang ada. Tetapi yang paling parah adalah saya sering secara tidak sadar membuang waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya bisa saya delegasikan ke orang lain, padahal kalau pekerjaan itu saya delegasikan ke orang lain maka bisa dikerjakan ramai-ramai, bisa lebih cepat selesai dan sayapun bisa kerjakan pekerjaan lainnya.

Jadi, kalau direnungkan kembali, perkataan teman saya itu benar. Saya tahu bahwa banyak pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan bersama orang lain, tetapi saya selesaikan sendiri. Untuk mengubah ini tidaklah mudah, karena sering saya terlalu exited untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Kadang pula, saya sering ragu apakah orang lain bisa menyelesaikan lebih baik dan lebih cepat dari saya. Kedua faktor utama inilah yang membuat saya seperti kehabisan waktu yang diberikan, dan tidaklah mudah untuk membuang atau menepi-kan kedua faktor tersebut. Sedikit demi sedikit, saya bisa menepikan hambatan tersebut, tetapi sampai sekarang saya masih belum bisa dibilang pandai memanfaatkan waktu yang diberikan meskipun banyak pekerjaan yang bisa saya selesaikan dengan waktu yang ada.

#8 Daily Bread

Always look at what you have left. Never look at what you have lost.--Robert H. Schuller

Lihatlah selalu pada semua yang anda wariskan. Janganlah melihat pada semua yang telah hilang dari anda.

Almarhum Papi pernah menasehati saya supaya tidak pelit berbagi pengetahuan dengan yang lain, karena waktu SD sampai SMP saya termasuk pelit untuk berbagi pengetahuan dengan yang lain. Saya selalu menolak untuk mengajari adik sepupu (yang kebetulan serumah dengan kami). Di bangku SMA, kepelitan saya untuk berbagi ilmu mendapat benturan hebat yang membuat saya dipaksa untuk tidak pelit berbagi ilmu.

Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, lewat sebuah proses unik, akhirnya saya bisa diterima di SMA Katolik favorit di kota saya. Hari-hari saya diisi dengan banyak kegiatan belajar dan kegiatan extra kurikuler lainnya, sehingga tidak terasa saya tibalah saatnya pemilihan jurusan. Menjelang pemilihan jurusan diadakan pra evaluasi, dan nilai pelajaran Kimia saya jeblok ! Mau tidak mau, saya harus ikut tutorial yang diajarkan oleh Guru dengan dibantu oleh teman-teman yang nilai kimianya di atas 8. Di sisi lain, wali kelas meminta saya untuk pula menjadi tutor mata pelajaran matematika. Dengan bermacam-macam alasan, saya berusaha untuk menolak permintaan wali kelas, tetapi tetap saja saya diminta menjadi tutor. Saya tetap tidak mau, tetapi untuk membangkang juga takut kalau mendapat sanksi dikeluarkan dari sekolah. Saya terus berpikir dan mencari saya, dan saya tidak hadir di setiap tutorial dengan alasan ada kegiatan gereja, dll. Genap 4 kali saya tidak memberikan tutorial (catatan : tutorial diadakan setiap hari selama sebulan menjelang penjurusan), Rektor (catatan : sebutan untuk kepala sekolah di SMA saya) memanggil saya ke ruangannya, dan di ruangan Rektor ada pula guru matematika.

Rektor membuka percakapan dengan berkata : "Bagaimana dengan tutorial Kimia-nya ? saya lihat kamu selalu hadir. Baguslah kalau begitu." Mendengar ucapan ini, hati saya menjadi senang, dan Beliau melanjutkan kembali berkata : "Saya suka semangat kamu belajar Kimia, tetapi saya ingin ingatkan supaya kamu tidak curang."

Saya bertanya : "maksud pater ?"

Guru matematika saya menyahut : "iya kamu sudah berbuat curang. kamu ingin bisa kimia, tetapi kamu tidak pernah mau membuat teman kamu bisa matematika. Apakah ini namanya tidak curang ?" 

Pater Rektor berkata sambil tersenyum ; "sudahlah Pak, biarkan saja dia. Dia memang tidak mau berbagi kepandaian, dan nanti saya juga akan beritahu guru Kimia supaya dia tidak bisa ikut tutorial. Adil khan ?"
Ingin sekali saya protes dengan keputusan Pater Rektor, tapi saya takut dan hanya diam saja sambil memasang muka masam.

Pater Rektor kembali berkata : "kamu tahu bahwa sekolah ini banyak orang pintar, dan jangan kamu berpikir bahwa hanya kamu yang pintar saja. Saya bisa minta temanmu yang lain untuk memberikan tutorial, dan kamu perlu tahu bahwa teman yang meberi tutor kimia adalah teman yang mustinya mendapat tutor matematika dari kamu. Saya tidak marah atau menghukum kamu kalau kamu menolak memberikan tutorial kepada dia. Akan tetapi saya tidak suka kamu sudah berbuat tidak adil kepadanya. Sementara kamu mendapat ilmu dari dirinya, tetapi kamu malahan menolak berbagi kepandaian dengan dirinya."

Suasana hening..dan saya hanya bisa menundukkan kepala. Jengkel...takut...dan marah bercampur jadi satu. Tapi semua yang dikatakan Pater Rektor adalah benar, dan saya menyadari kalau saya tanpa disadari sudah berbuat tidak adil ke teman saya yang membantu saya belajar kimia.

Kembali Pater Rektor berkata : "saya tahu bahwa sulit bagi kamu untuk menerima hal ini. Saya hanya ingin ingatkan bahwa dengan berbagi ilmu, kamu juga tetap tidak akan kehilangan kepandaian kamu. Malahan kalau teman kamu mendapat nilai yang bagus di pelajaran matematika, maka kamu patunya bangga bahwa kamu bisa membuat orang lain pandai matematika seperti halnya kamu. Coba kamu lihat pak Siswo ini (catatan : pak Siswo adalah guru matematika saya), dan tanyalah dia apakah pak Siswo senang atau justru sedih kalau ada muridnya yang tidak bisa matematika, Selama bertahun-tahun pak Sis mengajar, dia selalu sedih kalau ada muridnya yang nilai matematikanya jelek. Oleh sebab itu, pak Sis sering dengan kerelaan hati memberi bimbingan khusus ke mereka. Saat ini, kamu diminta untuk membantu pak Sis, tetapi kamu tidak mau dan dengan sombong menolaknya dengan tidak hadir saat tutorial. Saya tanya ke kamu apakah dengan mengajari teman kamu maka kamu akan kehilangan kepandaian matematika kamu ? atau dengan mengajari temanmu maka kepandaian matematikamu jadi berkurang ? coba sekarang kamu pikirkan hal ini baik-baik, dan sadarilah bahwa kamu sudah tidak adil pula dengan teman kamu."

Ucapan Pater Rektor merupakan tamparan keras pada saya. Seharian saya murung di sekolah dan menjadi malas ikut semua palajaran. Setibanya di rumah, saya masuk kamar dan mengunci pintu...berdiam diri sambil terus memikirkan kejadian di sekolah. Menjelang sore, mami mengetuk pintu kamar, dan berkata : "Huang, apakah yang terjadi denganmu ? Tolong buka pintunya, mami bawakan kamu pastel tutup dari Tante" Sayapun membuka pintu.....ini bukan karena pastel tutup tante yang enak, tetapi karena mami yang meminta buka pintu.

Di kamar, mami bertanya akan keadaan saya. Saya tidak bisa tidak untuk menceritakan kejadian ini kepada mami, dan meminta mami supaya tidak cerita ke papi. Mami menghibur saya, dan berjanji untuk tidak cerita ke papi. Di sisi lain, mami meminta saya juga berjanji untuk tidak mengulangi lagi kesalahan di sekolah. Mami adalah penghibur saya di kala sedih dan muram.

Satu nasihat yang selalu saya ingat dari mami adalah : "jangan takut untuk berbagi dan jangan hitung utung rugi kalau membantu. Kamu tidak akan menjadi bodoh atau miskin dengan berbagi. Justru kamu akan tersenyum senang saat melihat orang yang kamu bantu berhasil. Seperti halnya mami dan papi yang senang kalau kamu berhasil, sebab kami tidak pernah merasa rugi atau kehilangan sesuatu untuk membuat kamumenjadi orang yang berhasil."

#9 Daily Bread

"Most people are paralyzed by fear. Overcome it and you take charge of your life and your world." - Mark Victor Hansen

Banyak orang dilumpuhkan oleh ketakutan. Keluarlah dari situasi itu dan anda akan ubah kehidupan dan dunia anda.

Saya pernah ditanya : "Pak Huang, pernahkan mengalami ketakutan ? Soalnya saya merasakan energi Bapak luar biasa!"

Saya hanya tersenyum dan berkata : "masa sich ? itu khan penilaian Bapak. Padahal saya ini orang biasa saja, dan tidak merasa mempunyai energi luar biasa."

Percakapan tersebut terjadi 2 mingguyang lalu di sebuah kafe di Puri Mall Jakarta Barat, dan kalau saya merenungkan kembali percakapan tersebut, saya jadi teringat bahwa saya pernah dilumpuhkan oleh ketakutan saya. Lumpuh berarti tidak bisa berbuat apa-apa dan stay safe saja. Apa yang terjadi ?

Kembali ke tahun 2003 saat usaha saya bangkrut. Saya pernah dicekam ketakutan yang luar biasa akan hutang yang menumpuk, dan meskipun piutang yang ada lebih besar dari hutang, tetapi jatuh temponya masih jauh dan resiko piutang itu menjadi bad debt juga ada. Setiap hari saya mengalami ketakutan yang hebat, dan saya takut karena tidak tahu bagaimana harus bertindak untuk atasi hutang-hutang saya.

Tidak mudah untuk atasi ketakutan, saya juga akui kalau saya perlu waktu lama untuk bisa keluar dari ketakutan ini. Kata "keluar" dari ketakutan memang mudah diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Lalu apa resep saya sehingga bisa keluar dari sumber ketakutan ? Resepnya adalah dengan MENGHADAPI sumber ketakutan.

Wah, gampang banget yah resepnya !

Hey..tunggu dulu. Menghadapi sumber ketakutan juga tidak mudah dilaksanakan. Ibaratnya seorang yang phobia belalang harus diminta memegang belalang. Bisa dibayangkan betapa besar ketakutan yang terjadi, dan bisa jadi malah pingsan.

Lalu bagaimanasaya bisa berhasil menghadapi sumber ketakutan ?

Saya berhasil karena saya nekat, dan saya nekat karena sudah tidak ada jalan lain lagi, selain menghadapi sumber ketakutan.

Hanya saja, perlu saya tekankan bahwa kenekatan harus disertai dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Jangan asal nekat. Nekat tanpa perhitungan dan pertimbangan namanya kebodohan. Tetapi bukankah nekat itu biasanya tanpa perhitungan dan pertimbangan ? Menurut saya sich ada 2 jenis orang nekat :

1. Nekat tanpa perhitungan dan pertimbangan, dan memandang sudah tidak ada harapan sama sekali.

2. Nekat dengan perhitungan dan pertimbangan, dan memandang masih ada setitik harapan atau solusi.

Nekat saya termasuk nekat ke dua sebab saya melihat masih ada setitik harapan, dan hasilnya saya bisa mengatasi ketakutan, dan pelan tapi pasti berjalan untuk mewujudkan rencana-rencana saya. Meskipun saya boleh dibilang nekat menghadapi sumber ketakutan, tetapi saya juga perlu dorongan orang lain supaya saya berani nekat. Kalau tidak ada orang yang mendorong saya, maka tentunya saya masih berada di dalam tempurung.
#10 Daily Bread
"To achieve greatness, start where you are, use what you have, do what you can." - Arthur Ashe

Untuk meraih yang luar biasa, mulailah dari tempatmu berpijak, gunakanlah semua yang kau miliki, dan lakukanlah yang bisa kau lakukan.

Masih ingat film Doraemon ? Ada yang ingat lagunya ? Kira-kira liriknya seperti ini :"Aku ingin begini, Aku ingin begitu, Ingin ini, Ingin itu banyak sekali...." Lagu Doraemon mencerminkan kenyataan pada diri kita yang ingin ini dan itu, ingin memiliki semua yang belum dimiliki. Saya pun demikian, ingin memiliki banyak hal, ingin bisa banyak hal, dan ingin lakukan banyak hal. Hanya sayang sekali saya bukan Nobita yang memiliki Doraemon dengan kantong ajaibnya, sehingga banyak keinginan saya yang tidak bisa terpenuhi.

Memang enak kalau punya kantong ajaib Doraemon, tetapi keinginan kita dapat terpenuhi tanpa kantong ajaib Doraemon. Jadi bagaimana supaya keinginan kita bisa terpenuhi ?

1. Keinginan janganlah terlalu muluk-muluk atau sering dibilang "neko-neko".
Saya pernah cerita sebelumnya kalau waktu kecil saya mempunyai keinginan menjadi Superman. Apakah keinginan ini tercapai ? Tentunya tidak, karena keinginan saya terlalu tidak masuk akal atau neko-neko. Nah, waktu kerja, saya ingin mempunyai usaha sedniri di bidang export import; dan saya bisa mewujudkan keinginan saya ini. Apakah keinginan ini muluk-muluk ? Beberapa orang teman, dan bahkan saudara-saudara saya banyak yang mengatakan kalau keinginan saya ini muluk-muluk, tetapi saya katakan bahwa keinginan saya tidaklah muluk-muluk.

2. Keinginan yang tidak neko-neko adalah yang bisa dilakukan.
Melanjutkan di point 1. Mengapa saya katakan keinginan saya tidak muluk-muluk atau tidak neko-neko ? Jawabnya simple : karena saya bisa melakukannya dan mewujudkannya. Jadi, untuk tahu apakah keinginan kita itu muluk-muluk atau tidak, janganlah bertanya pada rumput yang bergoyang, tetapi tanyalah pada diri sendiri. Ukur kemampuan diri apa sanggup melaksanakan dan mewujudkannya. Kalau sanggup, ya berarti tidak neko-neko. Hanya saja, saya perlu tambahkan bahwa sering kita tidak jujur pada diri sendiri. Maksudnya, sering kita merasa mampu tetapi sebenarnya tidak mampu. Sering kita berbohong dengan meyakinkan kalau mampu melaksanakan, padahal hati kecil kita berkata tidak mampu.

3. Gunakan segala daya untuk mewujudkan keinginan.
Kalau sudah yakin bahwa kita bisa mewujudkan keinginan, maka kita haruslah kumpulkan segala daya yang kita miliki untuk mewujudkannya. Waktu saya sudah yakin kalau saya bisa mewujudkan keinginan mempunyai usaha export import, yang saya lakukan adalah menentukan produk yang akan saya export. Saya kenal dengan pabrikan kaca lembaran (float glass), dan saya tinggal mencari buyernya. Sesudah mendapatkan buyer, saya lakukan negosiasi harga dengan pabrikan. Saya bisa mewujudkan semua rencana sebab saya gunakan yang ada pada diri saya : waktu itu, saya hanya gunakan yang saya miliki yaitu telpon dan fax untuk berkomunikasi dengan buyer, dan saya gunakan tabungan saya untuk pergi ke pabrik untuk negosiasi harga. Saya minta bantuan teman-teman saya untuk mencari supplier, buyer, mendapatkan kontainer, dan mengurus dokumen eksport.

Friends, untuk bisa mewujudkan keinginan kita, masih ada satu hal lagi disamping ke 3 hal diatas. Kita hanya bisa mewujudkan keinginan kita apabila ada keyakinan (iman) yang kuat bahwa Tuhan akan membantu kita membuka jalan untuk mewujudkan keinginan kita. Dalam hal ini, -percaya atau tidak- dengan berdoa akan ada pertolongan dariNya. Di dalam menjalankan usaha dan di setiap kesulitan yang saya hadapi, saya selalu berserah kepadaNya dan meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagiNya.
 

#11 Daily Bread

If you are going to doubt something, doubt your limits.~ Don Ward

Apabila anda mulai meragukan sesuatu, ragulah dengan keterbatasan anda.

Pernahkah mengalami keraguan ?

Saya tidak percaya bahwa tidak ada seorangpun yang tidak pernah ragu. Obama sekalipun -menurut saya- bisa mengalami keraguan dalam melangkah atau melakukan pengambilan keputusan.

Mengapa kita ragu ?

Pada umumnya, keraguan muncul karena adanya : kecemasan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan, atau kecemasan melakukan sesuatu yang keliru, atau kecemasan pengambilan keputusan yang keliru. Sangat kecil kemungkinan muncul keraguan apabila ada keyakinan untuk bisa selesaikan pekerjaan, ada keyakinan tidak melakukan kesalahan, ada keyakinan keputusan yang diambil sudah benar.

Mengapa tidak yakin ?

Ketidakyakinan yang muncul disebabkan karena keraguan terhadap diri kita sendiri. Kalau kita tidak ada keraguan terhadap diri sendiri maka kitapun tidak akan merasa tidak yakin.

Friends, keraguan yang disebabkan ketidakyakinan (=keraguan) terhadap diri sendiri adalah bisa menjadi penghambat untuk kemajuan kita. Tetapi terlalu yakin terhadap diri sendiri juga tidak bagus sebab bisa menuntun pula ke jurang kehancuran. Saya termasuk orang yang pernah terlalu yakin terhadap diri sendiri. Saya selalu merasa sangat yakin bisa wujudkan keinginan saya. Saya merasa diri saya sebagai seorang superman ! dan keyakinan berlebihan ini sudah menutup pikiran saya terhadap opini orang lain. Saya tidak pernah mau dengarkan dan bahkan selalu acuhkan second opinion. Diri saya tertutup rapat, dan hanya yakin pada diri sendiri.

Belajar dari pengalaman (=kegagalan-kegagalan), saya mulai menyadari bahwa penyebab semua kegagalan saya adalah bukan dari luar atau disebabkan orang lain, melainkan disebabkan oleh diri saya sendiri. Keyakinan diri yang terlalu besar telah merupakan kabut tebal yang menghalangi awareness kita terhadap situasi sulit yang akan datang. Keyakinan diri terlalu besar ini juga sudah membuat saya tidak menyadari kekurangan diri saya. Memang semua orang kagum dengan sepak terjang saya untuk mewujudkan keinginan saya. Tetapi di sisi lain, mereka juga ngeri karena rapuhnya fondasi saya untuk meraih keberhasilan, sehingga sedikit saja bisa membuat saya hancur lebur. Kekhawatiran mereka benar menjadi kenyataan.

Diterpa kegagalan adalah tidak enak ! Sebuah kegagalan besar yang menghancurkan usaha yang saya bangun sudah membuat saya meragukan kemampuan diri sendiri. Akibatnya, saya sempat ragu untuk melangkah. Saya sudah buat rencana kerja, tapi saya ragu melakukannya. Keraguan (ketakutan) untuk gagal melanda, dan sebenarnya ini adalah bentuk dari keraguan saya akan keyakinan diri.

Berawal dari mempunyai keyakinan diri yang sangat kuat, dan kemudian mempunyai keraguan pada diri sendiri adalah situasi-situasi yang berasal dari dalam diri saya sendiri. Untuk mengatasinya, kuncinya hanya satu : MELAWAN DIRI SENDIRI. Melawan diri sendiri tidaklah mudah, dan butuh proses yang sangat panjang serta berkesinambungan. Saya tidak tahu sampai kapan bisa menang, tetapi saya jalani saja semuanya itu dengan terus menerus mendekatkan diri saya padaNya. Saya percaya bahwa semakin dekat denganNya, semakin kita dikuatkan dan dibukakan jalan kehidupan kita. Berkat mendekatkan diri padaNya, saya bisa mengikis keraguan saya, dan saya menjadi semakin percaya bahwa Tuhan akan berada di sisi saya untuk membantu saya meraih yang saya minta. Saya percaya ini, dan kepercayaan saya menguatkan keyakinan saya dan mengikis keraguan.
 

#12 Daily Bread
 Beech wood fires are bright and clear,
If the logs are kept a year,
Chestnut only good they say,
If for long 'tis laid away
Birch and fir logs burn too fast
Blaze up bright and do not last.
It is, by the Irish said,
Hawthorn bakes the sweetest bread.
Elm wood burns like churchyard mould,
E'en the very flames are cold.
Poplar gives a bitter smoke,
Fills your eyes and makes you choke.
Apple wood will scent your room
With an incense like perfume,
Oak and maple, if dry and old,
Keep away the winter's cold.
But ash wood wet or ash wood dry,
A king shall warm his simpers by.

Anon


#13 Daily Bread


#14 Daily Bread
“A true friend knows your weaknesses but shows you your strengths; feels your fears but fortifies your faith; sees your anxieties but frees your spirit; recognizes your disabilities but emphasizes your possibilities." - William Arthur Ward

Teman sejati mengetahui kelemahan anda, tetapi menunjukkan kekuatan anda; dia merasakan ketakutan anda tetapi memperkuat iman anda; melihat kecemasan anda tetapi mendorong keluar semangat anda; mengetahui kelemahan anda tetapi mendukung anda.

Adakah teman sejati di dunia ini ?

Ada yang bilang : tidak ada !

Ada yang bilang : ada !

Nah kalau saya ?

Saya percaya teman sejati itu ada, tetapi mampukah kita menjadi teman sejati ?

Friends, saya akui bahwa saya bukanlah pribadi yang selalu menyenangkan. Seringkali saya juga bisa menyakiti orang lain dengan ucapan saya. Bahkan saya pernah pula menyakiti Papi saya lewat ucapan saya yang pedas dan kasar. Gara-gara ucapan saya, banyak teman meninggalkan saya; terlebih saat usaha saya gagal. Saat itupun saya berpikir : "yah, susah memang mempunyai teman sejati. Mereka maunya enaknya saja, dan mendekati saya bak semut mendekati gula. Saat sudah hilang manisnya, semua pergi dan hilang." Pola pikir tersebut semakin kuat manakala banyak teman mulai merapat di saat usaha saya berhasil. Fenomena yang saya alami ini membuat saya berpikir "ada uang ada teman, tidak ada uang teman ditendang" dan akhirnya mulai tertanam pemahaman bahwa uang bisa membeli pertemanan atau persahabatan.

Di awal tahun 2007, terjadi peristiwa yang membuat saya sangat menyadari kekeliruan saya tentang pertemanan. Waktu itu, usaha saya mencapai keberhasilan yang luar biasa, dan justru di tengah keberhasilan itu, saya kehilangan teman yang sudah lama berkawan dengan saya. Telah terjadi kesalahpahaman yang hebat, dan waktu itu saya dengan emosional berkata : "silahkan kamu pergi dari kantor saya, tetapi saya yakin kamu akan kembali karena kamu membutuhkan aku !"

Kejadian saya dan dia juga didengar oleh teman yang lain. Banyak yang mendukung keputusan saya, tetapi banyak juga yang menyalahkan keputusan saya. Antara senang karena mendapat dukungan dan jengkel karena banyak yang mencemooh keputusan saya, membuat saya bertanya : "Apakah keputusan saya sudah tepat ?"

Flash back. Untuk mendapatkan jawabannya, saya-pun flash back ke pertemanan saya dengan dia. Sebenarnya, teman satu ini adalah teman saya sejak kecil. Hubungan saya dan dia sudah seperti saudara, dan saya sudah dianggap om dari anak-anaknya. Tidak mudah pula bagi saya untuk tidak ingat dia dan rindu saat bersama. Saya benar-benar kehilangan dia, dan disitulah saya menyadari bahwa dia adalh teman sejati saya. Dia selalu ada di saat saya di atas dan menemani saya saat di bawah. Dia selalu memberikan support di saat saya membutuhkan, dan segala ingatan tentang dia membuat saya menyesal. Benar-benar saya menyesal bahwa saya telah buang seorang teman sejati. Saya ingin membina kembali hubungan dengan dia, saya ingin dia menjadi teman saya kembali, tetapi saya malu ! saya tidak berani ! Saya malu dan saya tidak berani karena saya bukan teman sejati ! Saat dia sedih, saya tidak menghiburnya; dan tanpa saya sadari, sering saya cerita kejelekannya kepada yang lain. Saya pernah menceritakan perselisihannya dengan istrinya ke teman-teman, dan tentunya ini aib yang seharusnya saya tutupi. Meskipun demikian, dia tidak dendam pada saya dan tetap menjadi teman yang mensupport saya saat saya jatuh. Bahkan dia selali cerita kebaikan saya, dan merekomendasikan saya ke beberapa pengusaha besar yang dia kenal. Saya tidak tahu harus berbuat apa, dan saya hanya bisa berdoa memohon ampun dari Tuhan atas kesalahan saya.

Di suatu hari di bulan September tahun 2007, sesudah tujuh bulan sejak kejadian saya usir dia dari kantor..sebuah parcel datang dengan ucapan Selamat Ulang Tahun. Saya terhenyak saat membaca parcel itu dikirimkan oleh teman yang saya campakkan. Bergegas saya minta sopir keluarkan mobil dan menuju ke Bandara. Saya beli tiket ke Semarang dan tidak peduli kalau saya harus menempuh jarak Jakarta - Semarang untuk menemuinya. Sepanjang menunggu pesawat, saya dilanda kecemasan luar biasa, kecemasan tidak dapat bertemu dengannya. Saya mau telpon tapi takut..dan menunggu boarding yang 50 menit saja terasa menjadi sangat lama. Setibanya di Semarang, saya sudah dijemput oleh keponakan saya dan dengan mobilnya, saya diantar ke rumah teman saya. Saya masih duduk di mobil dan tidak berani turun sesudah tiba di rumahnya. Rumah yang sederhana dan tidak pernah berubah sejak dia membelinya. Keponakan saya menyadarkan saya dari keheningan, dan dengan perasaan takut, saya melangkah menuju pagar. Belum sempat memencet bel pintu, saya melihat pintu rumah terbuka dan dua anak kecil berlarian menyambut saya.."Om Om ayo masuk..Om nanti tidur di sini ? Nanti jalan-jalan ya Om.." ; saya tersenyum pedih, ternyata anak-anaknya masih menganggap saya sebagai Om mereka. Sayapun masuk ke rumah, dan disitulah saya peluk dia sambil minta maaf : "Kamu memang teman sejati saya. Maafkan saya karena tidak bisa menjadi teman sejatimu." ; diapun berkata : "Huang, kamu tidak salah. Sayalah yang salah karena saya terlalu memaksakan kehendak ke kamu. Selama ini, saya tidak pernah menyalahkanmu." Ucapannya membuat saya menangis, dan betapa mulia hatinya.

Pertemanan saya dan dia kembali terus berlanjut selama kurun 2 tahun, sampai saya hantarkan dia ke tempat peristirahatan terakhir di bulan Oktober 2009. Jadilah terlebih dahulu sebagai sahabat sejati bagi temanmu.

(In memoriam : David I.W)
#15 Daily Bread



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar