Laman

Daily Bread #6-10.

Daily Bread #6

Tuhan sudah memberi ikan,
Untuk memakannya, kita harus mengail.
Apabila hanya menunggu, mana bisa kita mendapat ikan untuk dimakan ?


Hidup berumah tangga memang memiliki banyak kesusahan, tetapi hidup sendirian juga memiliki suka-duka. Sebelum berumah tangga, bukalah mata kita lebar-lebar dan biarkan mata setengah terpejam sesudahnya.

Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
sebab nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hati kita dan akan menyanyikan kembali tatkala kita lupa akan bait-baitnya. Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga kita.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain…
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kita.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala senang dan perisai di waktu susah.
Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan
kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.

Kita tak bisa mengubah masa lalu….
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.

Bila Kita mengisi hati kita ….
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kita tak memiliki hari ini untuk disyukuri.

Jika kita berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kita sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.

Daily Bread #7

"There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of  failure." - Paulo Coelho

Satu-satunya yang membuat impian tidak tercapai adalah ketakutan untuk gagal.

Takut untuk gagal ada di dalam diri setiap orang. Saya juga sering mengalaminya, dan satu-satunya teknik mujarab untuk mengatasinya adalah dengan berdoa dan berserah kepada Tuhan. Saya merasakan mendapatkan kekuatan luar biasa sesudahsaya berdoa dan berserah kepada Tuhan. Saya akan share-kan salah satu pengalaman :

20 September 2007, saya mendapat tugas untuk presentasikan sebuah proyek di depan Investor dan Banca Intesa di Milan. Proyek ini sudah dirintis oleh saya dan team selama 6 bulan, dan akhirnya kami diundang untuk finalisasinya di Milan. Direksi meminta saya sbg ketua team dan ditugaskan untuk membawakan presentasi. Proyek tersebut sangat penting bagi perusahaan, dan jelas saya dilanda ketakutan kalau gagal yang amat sangat besar. Sepanjang penerbangan Jakarta - Milan, saya resah dan akhirnya, sebelum presentasi, saya sempatkan mampir ke Katedral Milan (Duomo) untuk berdoa. Saya berdoa tidak lama, dan saya hanya serahkan semuanya pada Tuhan. Saya hanya berkata : "Tuhan, jadikanlah sesuatu menurut kehendakMu. Apapun yang terjadi, saya percaya bahwa semua akan berakhir indah asal sesuai dengan rencanaMu". Selesai berdoa, saya merasakan adanya aliran kekuatan luar biasa yang menguatkan saya, sehingga ketakutanpun hilang dan presentasi dapat saya lakukan dengan lancar. Hasilnya-pun luar biasa,  karena proyek yang dirancang dapat dierima dan disetujui.

Jadi, sepintar apapun kita dan sehebat apapun rencana kita, semuanya tidak akan berhasil diraih kalau kita tidak bisa atasi ketakutan kita untuk gagal.
Mengatasi ketakutan untuk gagal-pun juga tidak sulit yaitu dengan doa dan berserah pada Tuhan.


Daily Bread #8

"The words that enlighten the soul are more precious than jewels." - Hazrat Inayat Khan

Kata-kata yang mencerahkan jiwa adalah lebih berharga daripada permata.

Kekuatan kata-kata memang dahsyat. Secuplik ayat dari kitab suci adalah lebih berharga daripada permata. Mengapa demikian ?

Saya pernah hadir dalam acara seminar yang dibawakan oleh seorang pengusaha properti yang namanya sangat kondang. Di sela-sela coffee break, beruntung saya dapat bercakap-cakap langsung dg beliau dan disampaikan salah satu resep beliau utk bisa atasi persoalan : "kalau pikiran sudah buntu. Saya sempatkan buka kitab suci. Di situ ada ayat-ayat yg sudah saya tandai yang senantiasa saya baca.
Sesudah itu, seketika kebuntuan mulai mencair, saya bisa lihat solusinya, dan menentukan langkah saya."

Mendengar komentar beliau, saya coba menguraikannya sbb : dengan membaca ayat kitab suci akan diperoleh ketenangan hati. Hati yang tenang, akan menimbulkan suasana yang menyenangkan, suasana ini akan menyemangati kita untuk melakukan sesuatu.

Daily #9

"Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts." - Winston Churchill

Sukses bukanlah akhir tujuan, kegagalan bukanlah fatal: ini berkaitan dengan keberanian untuk meneruskan yang sudah dilakukan.

Sering saya baca iklan ucapan selamat di media masa, spt :

"Selamat atas diresmikannya Pabrik XYZ"
"Selamat atas diresmikannya proyek gedung perkantoran"
"Selamat menempuh hidup baru"
Dll dll dll

Semua pastinya bahagia kalau sukses, apalagi kalau sukses tsb diraih dengan penuh perjuangan. Saya sendiri berpendapat bahwa kebahagiaan atas suatu prestasi adalah wajar, tetapi yang tidak wajar adalah larut dalam kebahagiaan sehingga lupa akan perjuangan lain yg harus dilakukan. Banyak yang melupakan ini dan larut dalam kesuksesan, sehingga tidak siap di saat memulai perjuangan lain atau
tidak siap utk kegagalan.

Ibaratnya, kita ingin mempunyai pabrik, maka sesudah berhasil memilikinya maka tetap harus melanjutkan dengan memanage pabrik tsb supaya memberikan hasil yg menguntungkan.

Sama halnya kalau kita berkeinginan menjadi anggota BOD. Sesudah berhasil, janganlah duduk enak-enakan saja dan larut dalam keberhasilan. Sebaliknya, sesudah berhasil, tentunya berperan sebagai direksi yg mengarahkan supaya sistem berjalan dan memberikan hasil menguntungkan untuk perusahaan.

Dalam hidup sehari-hari, kita semua tahu bahwa Tuhan sudah memberikan kita  talenta, dan kalau kita berhasil mengembangkannya maka bukan berarti berhenti sampai di situ, melainkan kita harus terus mengembangkan talenta yg ada supaya dapat memuliakan namaNya.


Daily Bread #10

"He who knows others is wise. He who knows himself is enlightened." - Lao Tzu

Orang yang memahami orang lain adalah bijak. Orang yang memahami diri sendiri akan dicerahkan.

Sewaktu mengikuti acara retreat semasa SMA, saya pernah ditanya satu pertanyaan yg waktu itu saya bingung menjawabnya. Saya masih ingat pertanyaannya :
Susah manakah memahami orang lain ataukah lebih susah memahami dirimu sendiri ?

Saya bingung menjawabnya karena : 1. Saya seringkali salah memahami orang lain.
Sering saya salah paham dengan teman, karena saya salah dalam memahami jalan pikir mereka.

2. Saya juga tidak tahu apakah saya sudah memahami diri saya sendiri. Sebab -waktu itu- saya masih sering bertanya pada diri sendiri : mengapa saya selalu disalahkan orang lain ? Apakah salah diriku ?

Sampai dengan retreat selesai, saya masih belum bisa menemukan jawabannya. Ini bukan karena pembinanya yang bodoh, tetapi karena saya yang masih belum cukup mengerti.

"Saya masih belum cukup mengerti". Kalimat sederhana ini sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego saya untuk menutupi kekerasan hati bahwa "saya memang tidak mau mengerti". Akibat kekerasan hati saya itulah maka saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan pembina.

Untuk membuka hati adalah tidak mudah. Saya perlu perjuangan yang cukup lama,  dan tentunya disertai perenungan terus menerus. Sampai di suatu hari, saya membaca satu peribahasa "kuman di seberang lautan nampak; gajah di pelupuk mata tidak nampak". Peribahasa itu berarti : lebih mudah melihat kesalahan orang, daripada melihat kesalahan diri. Dari sini, saya-pun menyadari bahwa memahami
orang lain adalah jauh lebih mudah daripada memahami diri sendiri.

Kemudian, mengapa kita harus memahami orang lain, dan mengapa juga memahami diri sendiri ? Memahami orang lain akan membuat kita semakin bijak. Ibaratnya kita ingin memahami rasa apel, maka tentunya kita tidak hanya merasakan apel yang manis saja, melainkan juga kita merasakan pula yang asam sehingga kita mempunyai pemahaman yang lengkap tentang rasa apel. Demikian pula kalau kita memahami orang lain, maka kita tidak bisa sekedar memahami yang baik dan tidak mau memahami yang kurang baik, melainkan semua harus kita pahami. Kalau kita sudah bisa memahami yg baik dan kurang baik maka kita-pun akan menjadi bijak. Menjadi bijak di sini akan muncul karena di dalam diri kita sudah terdapat pemahaman akan yang baik dan tidak baik.

Memahami orang lain saja masih kurang cukup, sebab masih diperlukan pemahaman terhadap diri sendiri. Memahami diri sendiri memberikan pencerahan karena dengan memahami diri sendiri akan dapat membuat kita segi positif dan negatif kita.
Selanjutnya, bagaimana kita bisa tahu segi positif dan negatif kita ? Kita bisa tahu lewat orang lain, karena orang lain adalah cermin bagi kita utk memahami diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar