Laman

Daily Bread 16-28 Pebruari 2011

#16 Daily Bread

"Great acts are made up of small deeds." - Lao Tzu

Langkah besar dimulai dari yang terkecil.

Bagaimana candi Borobudur dibuat ? Semua tahu bahwa candir Borobudur dibuat dari tumpukan batu. Satu persatu batu ditumpuk sehingga menjadi sebuah candi megah.

Bagaimana kita bisa bermegah dengan hidup kita ini ? Sama seperti halnya dengan candi Borobudur, kita bisa bermegah dari tumpukan hal sederhana.

Memang, di jaman yang serba instan ini, tidaklah mengherankan apabila semua sering meraih yang diingkan serba instan. Sehingga tidak jarang energi terbuang percuma untuk meraihnya. Saya juga pernah menjadi orang yang ingin meraih segala sesuatunya dengan instan, padahal sebelum mencapai yang saya inginkan maka saya harus melewati tahapan-tahapan tertentu. Misalnya : saya ingat waktu kecil, saya pernah menolak untuk masuk SD dan saya bilang ke papi "papi, mengapa saya tidak langsung SMP saja ?" Jawab papi : "kamu harus belajar dari SD sebelum bisa naik ke SMP" Jawaban papi memang sebatas membuat saya mengerti bahwa sebelum SMP itu harus jalani SD terlebih dahulu.

Memasuki dunia kerja, saya pernah melamar pekerjaan untuk posisi MANAGER, sementara saya belum punya pengalaman sama sekali. Hasilnya, lamaran saya ditolak, dan saya malah ditetapkan diterima sebagai Management Trainee. Saya bertanya ke HRD yang interview saya : "Ibu, mengapa saya hanya diterima sebagai Management Trainee ?" Jawabannya : "Adik masih perlu pengalaman kerja untuk bisa menduduki posisi MANAGER di perusahaan kami. Saya rasa keputusan ini sudah tepat." Saya kembali mengerti bahwa untuk menjabat sebagai manager maka diperlukan pengalaman kerja.

Di saat saya memulai usaha sendiri, saya awali dengan sewa ruko yang besar, melangkapi dengan peralatan kantor yang lengkap, dan saya pekerjaan sekitar 20 orang staff. Saya tidak perhitungkan bahwa overhead akan membengkak, dan membuat saya setiap bulan selalu kesulitan mencari pinjaman untuk membayar gaji.

Di saat saya bangkrut, saya berkeinginan untuk cepat bisa bangkit. Saya susun proposal yang menghabiskan banyak biaya, dan saya presentasikan ke beberapa pengusaha yang saya kenal. Hasilnya : "Huang, saya akui ide kamu cemerlang. Tapi bagaimana kamu bisa mewujudkannya. Kamu butuh dana tidak sedikit untuk bisa wujudkan rencanamu itu. Di jaman sekarang ini, susah bisa mendapat dana sebesar yang kamu inginkan." Saya tidak putus asa, dan datang ke Bank. Saya presentasikan proposal saya di depan Account Officer bank tsb dan mendapat komentar "apakah Bapak sebelumnya pernah menjalani bisnis ini ? Saya jawab belum, dan dijawab kembali "pak, susah bagi kamu untuk memproses kredit yang bapak minta. Analis Kredit kami akan sulit dalam melakukan analisa kelayakan usahanya. Meskipun bapak bisa berikan kolateral yang cukup, tetapi perusahaan Bapak belum menunjukkan pengalaman di bisnis yang Bapak usulkan, dan terlebih lagi perusahaan Bapak belum memiliki track record yang cukup di perusahaan kami." Saya putus asa dan tidak tahu lagi bagaimana saya mewujudkan rencana saya. Proposal yang saya buat dengan bagus ternyata tidak memberikan hasil yang indah. Sayapun bakar proposal tersebut dan berusaha untuk melupakannya.

Friends, melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, saya benar-benar menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang diraih tanpa melewati tahapan-tahapan tertentu. Keberhasilan yang ada pada saya saat ini juga berasal dari keberhasilan-keberhasilan kecil yang saya lakukan. Saya tidak mau mengulang kepahitan di masa lalu, dan oleh sebab itulah saya tidak pernah sepelekan hal kecil. Saya percaya bahwa barangsiapa bisa selesaikan perkara kecil dengan baik, maka dia akan diberikan kepercayaan untuk selesaikan perkara lebih besar.

#17 Daily Bread


#18 Daily Bread

"Sometimes you have to move backward to get a step forward." - Amar Gopal Bose

Kadang-kadang anda harus mundur untuk mendapatkan langkah maju.

Kalau kita nonton filem-filem perang, seringkali diceritakan sang pemenang terlebih dahulu mengalami kekalahan atau mundur dari medan peperangan. Mundur untuk meraih kemenangan adalah biasa, baik di medan perang maupun dalam menjalani hidup ini. Sama halnya dalam usaha, yaitu tidak selamanya kita terus maju, melainkan kadang mundur untuk tentukan strategi baru.

Mundur memang sulit dilakukan dan merupakan kemunduran dalam hidup atau usaha. Saya juga baru-baru ini menghadapi kenyataan yang sulit saya terima bahwa saya harus mundur dari sebuah rencana. Ceritanya, saya bermaksud untuk mengembangkan sebuah unit usaha lain dan saya berpikir bahwa saya akan bisa mendapatkan tenaga kerjanya dari bekerja sama dengan Yayasan-yayasan sosial yang mengurusi orang yang jobless. Saya minta division head saya untuk mulai bekerja, dan dihubungilah sebuah Yayasan. Datanglah beberapa orang dalam jumlah cukup banyak ke kantor. Saya cukup senang dengan kedatangan mereka, dan kemudian diberikanlah training produknya. Sesudah makan siang, satu per satu berguguran, tetapi saya melihat masih ada yang bertahan. Keesokan harinya, saya mendapat laporan dari Head Division bahwa semua peserta training kemaren mengundurkan diri.

Mendengar berita tersebut, saya hanya bisa diam, sambil saya mencoba untuk menguraikan di manakah letak kesalahan yang saya lakukan. Saya bukan hanya berhenti, tetapi mundur. Program yang sudah disusun saya tunda pelaksanaannya untuk bisa melakukan evaluasi. Saat ini saya masih melakukan evaluasi dan banyak berdiskusi dengan staf-staf saya untuk next step.

Friends, dengan menunda rencana, apakah ini sebuah kemunduran ? Secara nyata memang iya, saya memang mundur; tetapi ini bukan kemunduran bagi saya karena memang diperlukan evaluasi untuk menentukan langkah maju. Tanpa evaluasi, rencana hanyalah tinggal rencana. Tanpa saya berani untuk berhenti dan mundur, saya tidak akan tahu kesalahan saya.

Mundur bukan berarti gagal.
Mundur bukan berarti kemunduran.
Mundur adalah ancang-ancang untuk maju

#19 Daily Bread


#20 Daily Bread


#21 Daily Bread
"An inconvenience is an unrecognised opportunity." - Confucius

Situasi yang tidak mengenakan adalah sebuah kesempatan yang tidak dikenali.

Kita semua pernah berada di dalam sebuah situasi yang tidak mengenakkan atau bahkan sangat tidak mengenakkan. Misalnya saja :

~ Sebagai seorang staff yang selalu saja dipersulit oleh atasannya untuk naik jabatan

~ Pengusaha export import yang menghadapi ketidakstabilan nilai tukar mata uang

~ Kontraktor yang kekurangan dana untuk menyelesaikan pekerjaan, sementara progress kerja belum bisa untuk mengajukan klaim pembayaran

~ dll

Saya sering menghadapi situasi yang tidak mengenakkan. Bahkan sering saya tidak tahu jalan keluar untuk masalah yang dihadapi. Tiga tahun lalu, saya dan rekan-rekan dengan penuh percaya diri melakukan kerjasama dengan sebuah instansi. Waktu itu, dengan penuh keyakinan, team kami menyusun proposal kerja, dan dengan didukung kekuatan finansial yang ada maka kami semua yakin bahwa proyek akan dapat diselesaikan tepat waktunya. Kami undang kontraktor-kontraktor dan melakukan tender untuk pelaksanaan pekerjaan. Tetapi pada kenyataannya, kontraktor yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan pekerjaan dan akhitnya mundur di tengah pekerjaan. Ditunjuk kontraktor baru untuk meresukan pekerjaan, dan kontraktor ini juga habis nafas. Akhirnya, team kami memutuskan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut sendiri, meskipun di dalam perjanjian kerja dengan instansi tsb, perusahaan kami adalah owner (pemodal) dan pekerjaan harus dilaksanakan kontraktor lain. Dalam hal ini, kami tentunya menggunakan nama perusahaan lain yang masih tergabung di dalam group kami. Situasi yang sulit yang kami alami berubah menjadi kesempatan yang membuat kami terhidar dari kerugian dan bahkan mengeruk keuntungan lebih besar dari yang direncanakan. Di saat kontraktor-kontraktor habis nafas, kami melakukan evaluasi menyeluruh termasuk pada aturan tender. Team kami sudah melakukan kerja sesuai SOP yang ada, dan kesalahan terletak karena kami tidak melakukan due dilligence menyeluruh atas kemampuan finansial dari kontraktor. Kami memang menerima copy rekening koran selama 3 bulan terakhir, tetapi kami tidak meminta audited finansial report mereka. Kesalahan ini-lah yang membuat pelaksanaan proyek tertunda, dan kami segera melakukan langkah-langkah penyelamatan. Persoalan yang waktu itu kami hadapi adalah : "Siapa yang cukup handal untuk selesaikan pekerjaan ?" Dalam rapat direksi,"Big Boss" (karena memang badannya BIG), mengusulkan supaya kita menunjuk salah satu anak perusahaan kita dan maju sebagai kontraktor. Usulan ini segera kami tanggapi dengan antusias, dan kami minta bagian legal untuk mempelajari kemungkinannya sesuai perjanjian yang ada dengan instansi ybs. Bagian legal mengatakan bahwa tidak ada masalah kalau menggunakan perusahaan dari group sendiri. Tetapi kesulitan muncul karena perusahaan tersebut belum terdaftar di GAPENSI, tidak memiliki SIUJK / SBUJK, dn SIUP-nya juga tidak untuk menerima dan melaksanakan pekerjaan jasa konstrksi. Sementara, mendirikan perusahaan baru juga tidak mungkin serta memakan waktu lebih lama. Semua dokumen yang diperlukan bukannya tidak bisa diadakan, dan kami meminta bagian Legal untuk menyelesaikan semua dokumen yang diperlukan tersebut. Kami menyadari bahwa proyek akan tertunda untuk sementara waktu, dan kami meminta bagian perencana untuk melakukan kalkulasi perhitungan kerugian yang akan terjadi. Kami juga membentuk team khusus untuk menjelaskan kepada instansi ybs akan keterlambatan kerja yang ada, dan meminta persetujuan perubahan schedule pelaksanaan proyek. Dibentuk pula team HUMAS yang ditujukan untuk meredam gejolak dari masyarakat sekitar akibat proyek terhenti.

Friends, kerja keras kami tidak sia-sia. Memang diakui bahwa proyek menjadi tertunda selama 6 bulan. Tetapi lewat kerja keras team yang ada, pada akhirnya proyek tersebut dapat selesai. Kerugian besar yang sudah menghadang berubah menjadi keuntungan. Kesulitan yang kami hadapi berubah menjadi sebuah kesempatan untuk menapak ke keberhasilan. Sesuatu yang sulit di awal akan berakhir dengan indah
#22 Daily Bread
 "Trust yourself. You know more than you think you do." - Benjamin Spock

Percayailah dirimu sendiri. Anda tahu lebih banyak daripada yang kamu kira..

Ragu-ragu adalah keadaan yang sering kita alami. Diragukan orang lain juga sering kita alami. Apabila orang lain sudah meragukan kita, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri. Percaya pada diri sendiri adalah dasar dan pijakan utama untuk langkah maju kita. Almarhum Papi pernah berkata : "semua orang boleh tidak percaya pada kamu, asal kamu jangan sampai tidak percaya pada dirimu sendiri." Ucapan papi ini menjadi sangat berguna di saat saya memulai kembali untuk berusaha. Di saat (hampir) semua orang tidak mempercayai saya, di saat itulah saya kembali teringat nasehat papi yang kemudian membangkitkan energi luar biasa dari dalam untuk mewujudkan rencana saya. Tidak terhitung berapa banyak orang yang saya temui yang menolak proposal saya karena mereka ragu atau tidak percaya pada saya. Pernah saya ingin menemui seorang Representatif dari sebuah perusahaan besar Amerika yang direferensikan kawan saya yang kantornya di daerah SCBD,  sesampainya di kantor beliau, sekretarisnya bertanya : "Bapak dari perusahaan apa ?" Saya jawab "saya dari PT. X." Dijawabnya "Boleh tahu jabatan dan maksud Bapak kemari untuk apa ?" Saya jawab : "saya sudah janji dengan Boss kamu, dan ada yang ingin saya bicarakan langsung dengan dia. Tolong kamu sampaikan ini kepada dia." Meskipun si sekretaris menyampaikan juga pesan saya ke Boss-nya, tetapi saya masih melihat sebersit tanda bahwa dia ragu-ragu atau tidak percaya kepada saya.

Di dalam ruangan si Boss (bule Amerika), saya -dengan penuh percaya diri- memberikan proposal yang saya buat. Tapi, si Boss hanya lihat sekilas, dan langsung berondong saya dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat saya jawab, dan saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa menjawab pertanyaannya dengan baik dan bahkan sampai pertanyaan detil juga saya jawab. Padahal, kalau saya boleh jujur, saya tidak siapkan dengan baik bahan presentasinya, dan proposal yang saya bawa juga masih belum sempurna. Tujuan saya waktu itu adalah hanya menyampaikan proposal yang saya susun, dan tanpa ada maksud untuk deal business. Tetapi yang saya alami adalah sebaliknya, dan dia segera meminta saya untuk bisa mengatur pertemuan dengan teman bisnisnya dari Rusia. Bisnis dengan dia memang tidak langsung terjadi, masih belum terjadi pula di saat si Boss kembali ke Amerika, dan baru terjadi 9 bulan.

Friends, apabila pada waktu itu saya tidak menumbuhkan kepercayaan diri saya, tentunya saat ini situasinya berbeda. Bisa jadi, saat ini saya masih berada di jalan tanpa arah dan tujuan. Kalau bukan diri kita sendiri, terus siapa yang bisa percaya dengan cita-cita kita. Tetapi satu hal yang perlu diingat adalah cita-cita kita juga haruslah tidak muluk-muluk dan realistis. Proposal yang saya buat -meskipun sederhana- adalah sangat realistis, dan memang bisa dicapai. Pada waktu itu, yang tidak saya miliki hanya uang untuk mewujudkannya; sementara saya didukung team kerja yang sanggup untuk melaksanakan proyek dimaksud. Dengan kata lain, kita harus percaya diri pada hal yang realistis atau keinginan yang memang bisa dicapai. Percuma saja kita memupuk kepercayaan diri untuk meraih cita-cita yang tidak mungkin dicapai.

#23 Daily Bread
Only the brave know how to forgive....A coward never ... it's not in his nature. ~ Laurence Sterne
Hanya yang berani yang tahu untuk memaafkan...Seorang pengecut tidak akan pernah....karena itu bukan alamnya.

Sejauh yang saya ketahui, setiap ajaran agama dan setiap ajaran kehidupan, baik itu dari Barat maupun Timur, selalu mengajarkan kita untuk bisa memaafkan. Kalau kita kembali pelajari sejarah kehidupan manusia, terutama lewat kitab suci agama, senantiasa ditunjukkan bahwa kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, terutama orang terdekat kita. Akan tetapi untuk bisa memaafkan adalah sangat sulit, dan menurut saya adalah lebih sulit dari meminta maaf (note : padahal untuk sebagian orang, meminta maf juga sulitnya bukan main, apalagi memaafkan ya ????).

Friends, beberapa waktu lalu pernah saya ceritakan tentang saya dan sahabatku David. Meskipun dia sudah saya sakiti luar biasa dengan ucapan saya, tetapi dia bisa memaafkan saya. Bagi saya dia seorang yang hebat karena dia berani untuk memaafkan. Sementara, saya akui bahwa saya -kadang- masih seperti pengecut sebab tidak berani untuk memaafkan. Mengapa saya tidak berani memaafkan ? Sebenarnya, alasannya sangat mudah yaitu : saya sudah disakiti dan saya tida pernah akan lupa rasa sakit yang ada pada diri saya. Hal ini saya alami dengan koko (kakak laki-laki). Sebuah peristiwa telah membuat kami bertengkar hebat, dan dia mengatakan : "kamu itu hanya pecundang yang bisa habiskan harta orangtua!" Ucapan ini sungguh menyakitkan saya, karena saya tidak pernah meminta papi untuk modal. Saya protes ke dia, tetapi dia tetap kekeuh mempertahankan pendapatnya. Hati saya sakit sekali dengan ucapannya, dan selama bertahun-tahun saya diamkan dia.

Dua tahun lalu, koko saya sms dan ingin menelpon saya. Tetapi saya tidak jawab sms, sampai akhirnya dia telpon dan tidak pernah saya mau angkat telponnya. Berkali-kali dia menelpon saya dan selalu saya diamkan saja. Bahkan saya install call bloker untuk reject telpon dia, atau sms dia. Suatu saat, saya terima telpon dari cici (kakak perempuan) saya, dan disitulah saya mendapat cerita yang sangat menyedihkan. Koko kabur dari rumahnya, dan tinggal bersama Cici. Saya tanya : "mengapa kabur ?" dijawabnya : "karena ditagih hutang, dan hutangnya sangatlah banyak. Mulai dari hutang pribadi, sampai hutang kartu kredit dan KTA" Saya hanya bisa berkata : "astaga, banyak amat hutangnya. Dari mana harus bayar ?"

Hati kecil saya mengatakan "saya harus bantu dia", tetapi saat saya katakan ke Cici bahwa saya akan bantu, ternyata dijawab oleh Cici "jangan dibantu ! dia yang salah dan biar dia usaha sendiri !" Mendengar jawaban ini membuat saya terkejut ! Tapi dengan gaya seakan-akan saya bijak, saya  jawab : "sudahlah Ci, tidak apa-apa. Aku juga tulus membantunya kok." Cici berkata : "Masa ? Aku kenal kamu lebih baik dari dia, dan itu paling hanya di bibir saja khan !" Wah ketahuan juga nich oleh kakak kalau saya hanya lips service saja. Akhirnya, pembicaraan beralih ke keponakan saya, dan mama.

Tiga hari sesudah pembicaraan saya dengan kakak kedua, telpon saya berdering. Oleh karena saya melihat yang nelpon keponakan saya, maka saya angkat telpon itu. Saat saya berkata "Halo", saya langsung mendapat jawaban : "anton, aku minta maaf ke kamu karena dulu aku sudah menyakitimu dengan ucapanku." Saya hanya diam....tidak bisa menjawab...sampai terdengar koko meneruskan ucapannya : "aku tahu kamu sulit memaafkanku. Hanya saja, aku ingin kamu tetap menjadi adik aku." Dalam hati saya berkata "akh paling dia hanya mencoba manis di mulut saja supaya saya mau tolong dia." Dengan datar saya jawab : "terus maksudnya kamu telpon aku apa ? Ngomong aja terus terang." Tetapi saya tidak mendapat jawaban seperti yang saya perkirakan, dan koko hanya menjawab : "saya ingin jumpa kamu saja." Saya jawab "nanti kalau ada waktu ya." dan sesudah itu rupanya telpon diambil alih keponakan saya, dan dia berkata "sudahlah Om, maafkan sajalah. Apakah kamu tidak kasihan melihat hidupnya yang susah. Bagaimanapun juga Om-cun (panggilan ke kakak pertama) adalah kakakmu loch. Toch ngga rugi kalau memaafkan Om-cun. Masalah nanti Om bantu atau tidak, itu urusan lain." Terus terang, saya sangat terpukul dengan ucapan keponakan saya. Sampai telpon dimatikan, saya masih berpikir ucapan itu, dan yang saya rasakan adalah seakan-akan almarhum papi yang bicara dengan saya. Hati saya bergejolak, antara memaafkan atau tidak. Sampai akhirnya saya putuskan untuk ketemu kakak pertama. Saya telpon Cici, dan minta supaya saya bisa ketemu kakak pertama. Antara percaya dan tidak, cici saya berjanji akan atur pertemuan saya dan koko.

Pertemuanpun terjadi tahun lalu (setahun sesudah saya telpon Cici di bulan Juni), dan saya melihat ekspresi koko yang senang saat ketemu saya; sebaliknya, saya justru bersikap dingin. Tidak lama, keponakan saya mulai berkata : "nah gitu, koko sama adik akur. kalau akur begini khan papi senang." Dalam hati saya berkata "Huft, ini anak mulutnya tajam banget. Pengin aku plester saja deh" Tapi memang benar yang dikatakannya, dan membuat saya akhirnya mulai ngobrol dengan koko. Obrolan berawal dari menanyakan khabar anak-anaknya, sampai akhirnya ke hutang-hutangnya.

Sampai hari ini, hubungan saya dengan koko semakin membaik, meskipun belum pulih seperti sebelumnya. Tetapi antara saya dan dia sudah terjadi komunikasi lagi yang baik. Sejak saya memaafkan koko, semua menjadi indah sebab saya sudah selesaikan unfinished business dengan koko saya.

Menurut saya dengan memaafkan, maka kita sudah selesaikan unfinished business dengan ayah, ibu, kakak, adik, pacar, istri...dan saya yakin akan ada keindahan dalam hidup kita.

Jadi...maafkan saya karena terlambat mengirim daily bread hari ini... :)
#24 Daily Bread


#25 Daily Bread
"Delay always breeds danger" - Miguel de Cervantes
Menunda akan menghasilkan bahaya besar

Dahulu, saya sering jengkel kalau mengurus surat di kantor pemerintah dan ternyata petugasnya asyik membaca koran di saat jam kerja. Sesudah itu, saya sering dibuat jengkel oleh staff yang lebih asik main Facebook daripada kerja...Nah, sekarang, saya justru sering dibuat jengkel staff saya yang asyik BBM-an.

Apakah yang salah dengan koran ? facebook ? atau BBM ?

Koran, facebook, atau BBM tidaklah salah, yang salah adalah manusianya yang terjebak di dalam keasyikan yang diperoleh dari membaca koran, bermain facebook atau BBM-an. Mengapa mereka memilih membaca koran, bermain facebook atau BBM-an daripada kerja ? Sebenarnya, semua berawal dari mindset kita yang tidak benar yang menanamkan pemikiran seperti :

"ah..main sebentar, toch nanti saya bisa selesaikan pekerjaan itu." atau
"pekerjaan ini dead line-nya masih 3 hari lagi, jadi mainan aja dulu karena masih ada waktu untuk selesaikan." atau
"nanti saja saya kerjakan, saat ini saya masih ingin santai sejenak"

Ada juga yang berpikiran seperti ini :

"nanti dulu akh aku kerjakan, aku perlu waktu untuk penyesuaian diri dengan pekerjaan baru ini"
"biarin pekerjaan numpuk, yang penting besok aku cuti dan pergi bersama kekasihku"
"besok aja diselesaikannya, toch Boss juga tidak akan marah"
"kalau bisa nanti, kenapa harus sekarang ?"

Itulah sebagian mindset yang membuat kita menunda pekerjaan, dan saya pernah mempunyai semua mindset tersebut.

Di jaman playstation (PSP) mulai dipasarkan, saya bawa playstation mini ke kantor dan main game di saat kerja. Kalau sudah main game, pekerjaan akhirnya menumpuk, dan membuat saya harus pulang lebih malam supaya pekerjaan tidak menumpuk lebih banyak.

Di jaman internet mulai mudah, saya justru asyik browsing daripada kerja. Banyak waktu saya terbuang karena saya lebih banyak browsing daripada kerja. Asyik rasanya browsing dan tidak terasa sudah berjam-jam.

Pada akhirnya, sesudah roda kehidupan saya berbalik arah, di saat itulah saya mencoba menggali kembali segala hal yang membuat roda kehidupan saya berbalik arah. Lewat hasil kontemplasi, saya menemukan pencerahan bahwa salah satu penyebab kegagalan saya terletak pada ketidakbecusan saya dalam mendaya gunakan waktu yang ada. Saya coba hitung kembali waktu yang sudah saya sia-siakan, dan kegemaran saya menunda pekerjaan menggiring saya ke kehancuran. Apakah saya menyesal ? Tentu saya menyesal karena sudah sia-siakan waktu yang ada. Tetapi semua sudah terjadi, sehingga tidaklah mungkin saya putar balik untuk memperbaikinya, dan yang saya bisa lakukan hanyalah memulainya kembali.
#26 Daily Bread

#27 Daily Bread

#28 Daily Bread

Our attitude toward life determines life's attitude towards us. ~ Earl Nightingale
Sikap kita terhadap hidup mencerminkan sikap kehidupan terhadap kita.

Banyak staff yang setiap pagi selalu memberi senyuman dan berkata : "Selamat pagi pak.." dan tentunya akan saya balas dengan senyuman dan ucapan yang sama. Akan tetapi, bagaimana kalau kita tidak mendapat senyum manis dan sapaan hangat di pagi hari ? atau Apa yang kita rasakan apabila hari kita diawali dengan kemarahan, kejengkelan, dsb ?

Banyak kejadian yang membuat kita jengkel di pagi hari, dan biasanya kejadian yang tidak menyenangkan ini mempengaruhi kita dan membuat seluruh hari terasa suram dan tidak menyenangkan. Terus bagaimana kita mangatasinya ? Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengatasinya, tetapi saya akui bahwa tidak mudah untuk mengubah suasana hati kita dalam sekejap. Sampai kinipun saya masih terus berlatih dan berlatih supaya suasana hati saya tidak mempengaruhi sikap saya selama seharian. Hanya saja, ini tidak mudah, dan selalu saja ada staff yang akhirnya menjadi korban kemarahan saya yang tertunda. Akibatnya, semua staff menjadi takut luar biasa kalau saya panggil ke ruangan saya. Mereka takut kalau saya marahi. Kejadian ini berlangsung cukup lama, sampai akhirnya saya merasakan diri saya seperti monster di depan staff saya. Dalam kontemplasi, saya sering bertanya : "apa yang terjadi pada diriku ?", sebab saya merasakan bahwa sudah tidak bisa mengenali diri saya, dan semakin saya mencari jawabnya, semakin saya tidak mengerti diri saya sendiri.

Nah, pada suatu waktu, di saat minum kopi bareng dengan partner saya...dia mendadak berkata : "Huang, kamu ini akhir-akhir ini sering marah-marah. Ini tidak bagus untuk kesehatanmu. Kamu seakan memendam kemarahan besar ke sesuatu hal yang tidak bisa kamu ungkapkan. Cobalah kamu ambil waktu untuk istirahat dan liburan". Saya ikuti anjuran dia, dan selama berlibur, saya merenungkan kembali apakah sebabnya. Sebabnya terletak pada diri saya yaitu cara saya memandang sekitar saya.

Sekembalinya dari liburan, saya rubah pandangan saya. Kalau saya ingin supaya staff saya tersenyum kepada saya, maka sayapun harus tersenyum pada mereka. Hal sederhana yang bagi saya sangat sulit dilakukan.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar